(Sumber: Google image, 2024)
Berada di garis khatulistiwa dan iklim tropis membuat Indonesia kaya akan biodiversitas, terbukti dengan melimpahnya ragam hayati biota laut yang ada di perairan Indonesia. Indonesia juga tercatat sebagai salah satu negara yang memanfaatkan tangkapan ikan Elasmobranchii atau kelompok ikan bertulang rawan seperti cucut dan pari dalam jumlah besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Pengembangan Perikanan Asia Tenggara (SEAFDEC) pada tahun 2013 produksi tangkapan Elasmobranchii telah mencapai 101.991 ton, kenyataan ini telah menjadi kebanggaan juga kekhawatiran terhadap populasi ikan tersebut. Fakta lain yang perlu diketahui bahwa ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang digemari untuk dikonsumsi masyarakat, sehingga komoditas perikanan ini berkontribusi cukup besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat pesisir di sepanjang garis pantai Pulau Jawa.
Masyarakat jawa khususnya di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah mengenal ikan pari dengan sebutan iwak pe. Ikan pari atau pe ini menjadi salah satu kuliner yang banyak ditemukan di wisata pesisir pantai pulau Jawa. Ikan ini banyak diolah menjadi ikan asap. Pengasapan adalah cara pengawetan dengan memanggang ikan menggunakan asap yang berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik lainnya, ikan yang telah diasap selain memiliki aroma yang khas juga menjadi lebih awet tahan lama ketika disimpan. Ikan pari atau pe ini banyak diolah menjadi menu masakan yang lezat. Wajar apabila banyak masyarakat menyukai olahan ikan pe ini, selain kandungan gizi seperti lemak, protein dan mineral yang baik untuk tubuh, harga ikan ini tergolong ekonomis di kantong masyarakat. Kegemaran masyarakat Indonesia mengonsumsi ikan pe ini sebagai pemenuhan unsur protein hewani menyebabkan permintaan produksi ikan pari meningkat sehingga untuk memenuhinya dilakukan penangkapan ikan pari secara masif yang terkadang melupakan potensi lestari dari spesies ini.
Namun yang sangat disayangkan adalah sebagian besar nelayan di Indonesia tidak memperdulikan jenis, ukuran dan aspek biologi dari ikan pari yang ditangkap. Hal ini juga didasari kemungkinan minimnya informasi mengenai prosedur penangkapan yang benar seperti penggunaan alat tangkap yang dilarang dan diperbolehkan serta status konservasi dari Elasmobranchii. Terbukti, pada akhir tahun 2023 lembaga International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah mengumumkan bahwa ikan pari jawa telah mengalami kepunahan dari yang sebelumnya statusnya termasuk red list of threatened species ikan yang terancam punah. Ikan pari jawa tercatat sangat langka karena diketahui dari satu spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1862 di salah satu pasar ikan Jakarta. Ikan pari jawa atau dengan nama latin Java Stingaree (Urolophus javanicus) berasal dari famili Urolophidae bentuk tubuhnya yang unik dan berukuran sepanjang 33 cm. Bentuk tubuhnya yang khas memiliki cakram sirip dada, berbentuk lonjong serta ekor dengan sirip punggung di depan tulang penyengat dan sirip ekornya. Tubuhnya berwarna cokelat dilengkapi dengan bitnik yang lebih gelap ataupun terang. Berdasarkan informasi yang ada, bahwa diketahui sebaran distribusi dan habitat ikan ini terdapat di sekitar perairan Pulau Jawa, lebih tepatnya di sekitar Teluk Jakarta.
Saat ini kondisi Teluk Jakarta atau yang sekarang lebih familiar dikenal dengan perairan Kepualuan Seribu telah mengalami penurunan kualitas perairan yang diakibatkan degradasi besar-besaran di sekitar wilayah tersebut. Ikan pari ini tegolong jenis ikan demersal yaitu jenis ikan yang sebagian besar menghabiskan masa hidupnya di dekat dasar perairan, atau lebih dikenal juga dengan ikan benthic. Tidak heran apabila degradasi lingkungan yang terjadi membuat ikan pari ini kehilangan tempat tinggalnya. Selain dari kegiatan penangkapan ikan pari yang tergolong masif, diketahui juga bahwa spesies dari kelas Elasmobranchii ini memiliki karakter biologi yaitu jenis ikan ovovivipar, memiliki fekunditas (jumlah telur matang) yang rendah, usia matang seksual lama, dan pertumbuhan yang lambat. Kondisi biologis tersebut ditambah dengan kondisi lingkungan perairan yang buruk menyebabkan kemungkinkan ikan pari jawa tidak dapat beradaptasi dan mengalami kepunahan. Keberadaan ikan pari jawa yang hanya ditemukan di Indonesia ini, sejatinya telah diteliti oleh berbagai pakar lingkungan dan perikanan berpuluh-puluh tahun sebelum dinyatakan punah. Punahnya spesies biota laut ini sebenarnya bisa menjadi salah satu sinyal bagi masyarakat untuk lebih aware terhadap lingkungan yang ada. Tanpa disadari berbagai aktivitas manusia dapat mengubah dan merusak tatanan ekosistem yang ada, sehingga flora dan fauna yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut akan mengalami kepunahan.
Kondisi lingkungan dapat menjadi over carrying capacity dalam menampung berbagai bahan pencemar sehingga terjadinya degradasi lingkungan. Daya dukung lingkungan yang menurun tentunya tidak dapat menunjang potensi lestari dari flora dan fauna dalam kesatuan sistem ekologi yang ada. Kondisi penurunan kualitas lingkungan dapat dilihat dari parameter fisika, kimia dan biologi yang merupakan aspek dari biotik dan abiotik di ekosistem. Oleh karena itu menjaga kondisi kualitas lingkungan hidup adalah tugas kewajiban semua orang, berbagai aktivitas manusia yang ada diharapkan tidak semakin memperburuk kondisi lingkungan, maka pemantauan terhadap lingkungan sangatlah diperlukan, tidak hanya sebagai bentuk kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku melainkan juga sebagai wujud kesadaran kita dalam menjaga lingkungan.
Referensi:
Mitra Hijau Indonesia – Konsultan Lingkungan Hidup Surabaya