(Sumber: Google image, 2024)
Perkembangan digitalisasi yang hampir dirasakan setiap orang telah membawa dunia dalam pergerakan dan perubahan yang sangat cepat. Salah satu kaum yang terdampak adalah Generasi Z. Generasi Z hidup dalam era revolusi industri 4.0 dengan perubahan serba cepat dalam segala bidang. Jika didefinisikan Generasi Z adalah kelompok individu yang lahir antara tahun 1997- 2012 dan tumbuh di era teknologi, oleh karenanya tidak heran mereka memiliki akses mudah di internet dan media sosial. Sebegai generasi muda, Gen Z menjadi harapan sebagai agen perubahan kemajuan suatu bangsa. Maka dari itu, Gen Z sering dituntut untuk memiliki karakter yang kuat seperti berkepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, edukatif, kreatif dan inovatif. Namun pada kenyataannya, hal ini terasa paradoks, bahkan beberapa waktu belakangan ini, kita kerap menemui fenomena “Gen Z as Strawberry Generation”.
Yaps, Strawberry Generation saat ini tengah menjadi topik yang tengah ramai dibicarakan. Gen Z banyak diasumsikan sebagai generasi yang tumbuh sebagai generasi strawberry dikarenakan generasi muda ini tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, namun rapuh, mudah menyerah, berputus asa, dan memiliki daya saing yang rendah. Istilah Strawberry Generation muncul dari Negara Taiwan yang merepresentasikan buah stroberi yang indah namun mudah rapuh dan hancur. Selain itu anak generasi strawberry ini selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan. Oleh karena itu, ketika memasuki fase bekerja tidak jarang, generasi ini sering mengalami depresi dan kecemasan ketika bekerja. Rutinitas pekerjaan yang kerap menuntut performa yang baik terkadang membuat seseorang jenuh dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Selain itu, jam kerja yang panjang dalam satu hari mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pekerja. Kesehatan pekerja disini termasuk kesehatan secara fisik dan mental pekerja. Kesehatan mental yang terganggu dampaknya bisa lebih parah terhadap pekerja dibandingkan kesehatan fisik yang terganggu.
(Sumber: Google image, 2024)
Tentunya rutinitas yang cukup tinggi harus diimbangi dengan kondisi psikologis dan fisik tubuh yang seimbang agar dapat meninimalisir tingkat stress serta menjaga kondisi fisik tetap sehat. Salah satunya melalui aktivitas rekreasi yang bertujuan mengurangi tegangan-tegangan pada pikiran dan tubuh (refreshing dan relaksasi). Rekreasi yang bersifat rekreatif dapat membuat kondisi jiwa dan raga bahkan menjadi lebih segar dan bugar dari sebelumnya akibat kebosanan ataupun kepenatan. Salah satu objek wisata yang banyak diminati Gen Z atau Strawberry Generation adalah wisata yang bernuansa alam. Back to nature, menjadi opsi rekreasi yang banyak diminati karena para Gen Z karena mereka mulai sadar tentang kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian lingkungan telah membuat Gen Z menyadari masalah lingkungan dan berusaha memecahkan masalah lingkungan dengan menunjukkan kesediaan mereka untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.
Tidak heran, saat ini banyak bisnis pariwisata yang tengah dikembangkan di Indonesia. Pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata, serta usaha-usaha lainnya. Pariwisata merupakan bagian dari budaya bagi masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan waktu yang dimiliki, dengan tujuan untuk menyenangkan diri sendiri maupun orang lain. Konsep pariwisata yang dikembangkan adalah pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (Sustaniable Tourism Development), salah satunya melalui ekowisata. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dilihat dari minat wisatawan dan keterlibatan langsung dari masyarakat setempat dengan tetap menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya yang berorientasi jangka panjang. Upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan harus diarahkan agar dapat memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika.
Ekowisata merupakan suatu konsep pengembangan wisata yang menawarkan bentuk wisata yang ramah terhadap kelestarian alam dan budaya. Ekowisata sendiri dapat didefinisikan sebagai kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata alam, dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan wisata budaya. Pada dasarnya ekowisata merupakan kegiatan konservasi terhadap alam dan lingkungan yang dikemas dalam sebuah destinasi pariwisata. Kegiatan ekowisata juga memiliki dampak terhadap perekonomian setempat, hal ini dikarenakan pengelola ekowisata adalah masyarakat di sekitar lokasi, sehingga kegiatan ini juga menjadi salah satu sarana pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Banyak lokasi pariwisata yang telah dikelola oleh masyarakat lokal secara mandiri.
Ekowisata di Indonesia setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup baik. Indonesia memiliki beberapa destinasi ekowisata yang sudah dikenal diberbagai penjuru dunia,seperti Taman Nasional Komodo, Tangkahan Ecotourism, Desa Wisata Penglipuran, Pulau Rubiah, Gunung Api Nglanggeran, Desa Wisata Tembi, serta Kawah Ijen. Namun selain itu, tersebut masih banyak lagi ekowisata yang terdapat di Indonesia mulai dari yang masih tertinggal sampai yang sudah dalam tahap pengembangan terus menerus agar dapat menjadi destinasi ekowisata yang dapat bersaing dalam dunia kepariwisataan. Prinsip Ekowisata Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia melalui Buku Panduan Penerapan Ekowisata adalah sebagai berikut:
Melalui pengembangan sektor pariwisata melalui konsep ekowisata, terdapat beberapa dampak positif antara lain:
a. Meningkatkan kesehatan manusia
Kesehatan kita tergantung dari keadaan lingkungan sekitar. Lingkungan yang sehat akan memberikan peluang yang lebih baik juga untuk kesehatan kita.
b. Melindungi ekosistem dan sumber daya alam
Menjaga lingkungan merupakan langkah awal perlindungan ekosistem. Kelangsungan hidup dari makhlukhidup lain, seperti hewan dan tumbuhan di bumi ini tergantung dari perilaku manusia yang bisa ataukah tidak bertanggung jawab untuk melestarikan habitat satwa dan tumbuhan yang ada. Selain itu, melalui kegiatan ini secara tidak langsung akan menjaga ketersediaan sumber daya alam.
c. Menghadapi perubahan iklim
Kandungan karbondioksida yang semakin meningkat di atmosfer mempengaruhi peningkatan suhu bumi dan hal ini tentu sangat berbahaya. Melalui kegiatan pariwisata dan pelestarian alam maka membantu untuk mitigasi perubahan iklim yang semakin parah.
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024)
Daya tarik ekowisata yang ada di Indonesia yang didukung oleh kondisi alam Indonesia yang indah menjadi nilai jual bagi para wisatawan, baik wisatawan lokal ataupun manca negara. Terlebih banyak dikemukakan bahwa berwisata ke alam “back to nature” dapat mengurangi tingkat stress terutama bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan termasuk strawberry generation yang telah memasuki fase produktif untuk bekerja ataupun menempuh penddidikan tingkat lanjut yang memiliki rutinitas harian yang padat.
Namun, sebelum sektor pariwisata dijalankan perlu memiliki izin persetujuan lingkungan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Setiap kegiatan di sektor pariwisata memiliki No KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), melalui No KBLI tersebut dapat dilakukan penapisan melalui regulasi yang berlaku untuk mengetahui kewajiban jenis dokumen lingkungan yang disusun untuk mendapatkan izin lingkungan atau persetujuan lingkungan. Persetujuan lingkungan harus dimiliki oleh para pelaku usaha/kegiatan, termasuk para pengelola usaha di sektor pariwisata sebagai bentuk tanggungjawab pengelolaan lingkungan. Apabila kawan mitra berminat untuk mengembangkan usaha / kegiatan kalian di sektor pariwisata, PT Mitra Hijau Indonesia siap membantu para pelaku usaha / kegiatan untuk menyusun dokumen lingkungan yang dibutuhkan hingga terbit persetujuan lingkungan. Segera kunjungi mitrahijauindonesia sebagai konsultan lingkungan terbaikmu!.
Referensi:
Al Fahreza, M. D., Luthfiarta, A., Rafid, M., & Indrawan, M. (2024). Analisis sentimen: Pengaruh jam kerja terhadap kesehatan mental generasi z. Journal of Applied Computer Science and Technology, 5(1), 16-25.
Arrazzaqy, M. N., & Lukiarti, M. M. (2023). Pengaruh Pengetahuan Lingkungan Dan Kepedulian Lingkungan Terhadap Minat Beli Produk Hijau Pada Generasi Z (Studi Kasus Pada Produk Pakaian Bekas (Thrifting) Di Kabupaten Rembang). Jurnal Mirai Management, 8(1), 479-485.
Aulia, S., Meilani, T., & Nabillah, Z. (2022). Strawberry generation: Dilematis keterampilan mendidik generasi masa kini. Jurnal Pendidikan, 31(2), 237-244.
Candranegara, I. M. W., Mirta, I. W., Suryana, I. N. M., & Mahardhika, I. P. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Ekowisata D’Bendungan View Telaga Tunjung Sebagai Wahana Rekreasi Wisata Alam Pedesaan. Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik, 4(2), 97-104.
Fauzi, F. I., & Tarigan, F. N. (2023). Strawberry Generation: Keterampilan Orangtua Mendidik Generasi Z. Jurnal Consulenza: Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi, 6(1), 1-10.
Kristyowati, Y. (2021). Generasi “Z” dan strategi melayaninya. Ambassadors: Journal of Theology and Christian Education, 2(1), 23-34.
Muâ, M. R., & Indahsari, K. (2021). Pengembangan ekowisata di Indonesia. Senriabdi, 295-308.
Pattiwael, M., Metanfanuan, T., & Turot, A. (2024). Pendampingan Pengelolaan Kelestarian dan Kesehatan Lingkungan Hidup bagi Generasi Z Kelurahan Klasuur Distrik Sorong Papua Barat Daya. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 2(3), 367-377.
Rahman, F. A., Kristiyanto, A., & Sugiyanto, S. (2017). Motif, motivasi, dan manfaat aktivitaspendakian gunung sebagai olahraga rekreasi masyarakat. Multilateral: Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 16(2).