group
terumbu karang di laut

Kenali Lebih Dekat Dekat Hubungan Terumbu Karang di Laut

Perairan Indo-Pasifik, yang sebagian besar terletak di perairan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman terumbu karang dunia, dengan lebih dari 400 spesies. Menurut Salim (2012), Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1998, luas terumbu karang Indonesia adalah 42.000 km2 atau 16,5 dari luasan terumbu karang dunia yaitu seluas 255.300 km2. Berdasarkan estimasi di atas Indonesia menduduki peringkat terluas ke dua di dunia setelah Australia, yang mempunyai luasan terumbu karang sebesar 48.000 km2.

Menurut Supono (2012), terumbu karang adalah salah satu ekosistem perairan dangkal yang banyak dijumpai di sepanjang garis pantai daerah tropis. Indonesia memiliki kawasan terumbu karang yang luas dan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan baik dari aspek keanekaragaman biota yang hidup didalamnya maupun nilai estetika untuk aspek pariwisata. Dikatakan bahwa terumbu karanng merupakan bagian dari sabuk hijau daratan selain dari padang lamun dan mangrove. Ekosistem terumbu karang memiliki sifat yang dinamis dengan kekayaan biodivertasnya serta produktivitas yang tinggi. Hal ini membuat terumbu karang mempunyai peran yang signifikan untuk menyeimbangkan ekosistem. Dalam kerangka ekologis, terumbu karang sebagai tempat mencari makan dan tempat hidup berbagai hewan organisme hewan maupun tumbuhan laut seperti: ikan, penyu, udang, kerang dan rumput laut (Suryanti et al.,2011).Ekosistem terumbu karangĀ  berperanĀ  penting bagi keberlanjutan sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan.Diketahui bahwa produktivitas primer terumbu karang cukup tinggi yaitu sekitar 10 kg C/m2/tahun. Tingginya produktivitas primer di daerah terumbu karang ini menyebabkan terjadinya pengumpulan hewan-hewan yang beranekaragam seperti: ikan, udang, mollusca dan organisme lainnya (Salim, 2012).

Asosiasi Antar Organisme Penghuni Terumbu Karang

  • Mutualisme
Terumbu karang adalah komunitas unik di laut yang terbentuk secara alami. Terumbu merupakan sedimen kapur yang dihasilkan dari proses pertumbuhan karang sedangkan karang merupakan sekelompok hewan yang menghasilkan kapur pembentuk terumbu. Terumbu karang di laut memiliki asosiasi dengan organisme lain untuk mendukung kehidupannya, termasuk asosiasi mutualisme. Simbiosis mutualisme merupakan hubungan yang saling menguntungkan antara dua komponen, baik biotik maupun abiotik. Menurut Palupi, et al. (2016), zooxanthellae merupakan alga bersel satu yang berwarna coklat kekuningan dan digunakan sebagai istilah untuk alga yang bersimbiosis dengan hewan. Zoxanthellae dan terumbu karang berasosiasi secara mutualisme di dasar perairan laut dan tidak dapat dipisahkan. Zooxanthellae hidup pada tubuh karang di bagian lapisan endodermis atau gastrodermis. Hasil fotosisntesis yang dilakukan oleh zooxanthellae berupa karbohidrat yang dimanfaatkan langsung oleh biota karang. Keuntungan yang diperoleh zooxanthellae yaitu menggunakan terumbu karang sebagai tempat berlindung dan mendapatkan sisa metabolisme hewan karang untuk proses fotosintesis. Pertukaran energi yang dilakukan zooxanthellae dengan terumbu karang dikatakan sempurna karena tidak ada energi yang terbuang ke perairan. Jumlah zooxanthellae di dalam terumbu karang dapat menjadi indikator kesehatan terumbu karang. Ketahanan zooxanthellae menghadapi tekanan lingkungan berbeda-beda tergantung jenis terumbu karangnya. Kematian zooxanthellae yang bersimbiosis dengan terumbu karang menandakan penurunan tingkat kesehatan terumbu karang dan kualitas lingkungan.
zooxanthellae

Letak zooxanthellae pada terumbu karang

Menurut Raul, et al. (2015), terumbu karang yang umum dijumpai di perairan laut yaitu jenis Acropora sp., karang ini mudah beradaptasi dengan lingkungan dan pertumbuhannya relatif cepat dibandingkan karang jenis lainnya. Acropora sp. berguna sebagai penahan ombak yang menuju ke daratan sehingga sangat diharapkan keberadaannya. Terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi dengan hidup bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan organisme sejenis alga ototrofik yang dapat melakukan proses fotosintesis. Simbiosis mutualisme terjadi karena karang membutuhkan hasil proses fotosintesis zooxanthellae berupa O2 dan zat-zat makanan yang dilakukan oleh zooxanthellae. Hasil timbal balik dari simbiosis mutualisme yaitu zooxantellae membutuhkan hasil metabolisme berupa nutrien dan Co2 dari karang untuk proses fotosintesis, serta dengan adanya cahaya matahari sebagai sumber utama fotosintesis. Jumlah zooxanthellae yang berasosiasi dengan terumbu karang bergantung pada tingkat kedalaman keberadaan terumbu karang, semakin dalam letak terumbu karang maka intensitas matahari yang didapatkan akan semakin berkurang sehingga jumlah zoxanthellae juga semakin sedikit.

Sebuah ekosistem perairan memilki banyak interaksi yang dilakukan oleh makhluk hidup. Interaksi dilakukan terhadap sesama makhluk hidup ataupun dengan lingkungannya. Menurut Zamani (2015), terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan sehingga biota laut menyukai ekosistem terumbu karang. Salah satu biota lautĀ  yang berasosiasi dengan terumbu karang yaitu filum Echinodermata. Asosiasi yang terjadi antara terumbu karang dengan Linckia laevigata merupakan asosiasi mutualisme dimana keduanya saling menguntungkan satu sama lain. Bintang laut jenis Linckia laevigata merupakan jenis bintang laut yang asosiasinya tidak berbahaya bagi terumbu karang. Linckia laevigata mudah dikenali karena warnanya yang biru mencolok dan sering berada di sekitar terumbu karang. Linckia laevigata memanfaatkan area terumbu karang sebagai tempat mencari makanan berupa organisme lain yang hidup di sekitar terumbu karang. Biota ini merupakan pemakan sisa-sisa organisme (scavenger), pemakan jamur (saprofit) dan mikroalga (grazer). Terumbu karang memanfaatkan Linckia laevigata dari sifatnya sebagai detrivor yang memakan kotoran dan bangkai laut (materi organik). Linckia laevigata dapat menjernihkan laut sehingga memberi keuntungan bagi terumbu karang karena salah satu faktor pembatas kehidupan terumbu karang adalah kecerahan atau kekeruhan. Pertumbuhan terumbu karang akan semakin baik ketika perairan bersih dan jernih, sebaliknya jika terjadi penumpukan materi organik yang menutupi terumbu karang akan mengancam kehidupan terumbu karang. Keuntungan lain yang didapatkan antara terumbu karang dan Linckia laevigata yaitu adanya alga di daerah terumbu karang. Selain zooxanthellae, terdapat jenis alga lain yang hidup di sekitar terumbu karang, misalnya alga hijau (Chlorophyta). Alga hijau merupakan pesaing terumbu karang dalam mendapatkan ruang untuk bertahan hidup. Adanya Linckia laevigata yang berperan sebagai pemakan alga akan sangat menguntungkan terumbu karang dalam mengendalikan keberadaan Chlorophyta sehingga terumbu karang dapat tumbuh dan berkembang baik.

linckia-laevigata

Simbiosis Terumbu karang dengan Linckia laevigata (sumber: Zamani, 2015)

Simbiosis mutualisme karang juga dilakukan dengan organisme air yang aktif bergerak, misalnya ikan. Ikan yang menjalin asosiasi mutualisme dengan terumbu karang yaitu ikan badut (Amphiprion oscellaris). Menurut Lubis, et al. (2013), anemon laut merupakan kerabat dekat dari hewan karang. Anemon merupakan jenis karang lunak atau hewan invertebratata yang menjadi biota laut yang sering digunakan sebagai hiasan pada akuarium. Bentuk tubuh anemon laut mirip bunga karang dan berwarna cerah. Ā Anemon laut memiliki nama latin Heteractis magnifica, biota ini termasuk salah satu jenis coelenterata yang memiliki struktur polip, hidup soliter, tinggi 1,5-5 cm dengan diameter 1-2 cm. Anemon laut (Heteractis magnifica) dan ikan badut (Amphiprion oscellaris) hidup bersimbiosis dengan mendapatkan keuntungannya untuk menunjang kehidupannya, simbiosis yang dilakukan berupa simbiosis mutualisme. Ikan badut mendapat keuntungan yaitu menjadikan anemon laut sebagai tempat berlindung dan memakan material non metabolik yang dikeluarkan oleh anemon laut serta makanan lain yang terdapat di sekitar anemon laut. Keuntungan dari sisi lain yaitu didapatkan oleh anemon laut dengan aktivitas ikan badut yang membersihkan kotoran-kotoran pada anemon laut dan menjaga anemon laut dari predator.

ikan-badut

Simbiosis ikan badut dan anemon laut
(sumber: google image, 2019)

  • Komensalisme

Suatu organisme melakukan asosiasi kemungkinan karena ingin mendapatkan keuntungan dari asosiasi yang dilakukannya. Menurut Tama, et al. (2016), simbiosis komensalisme merupakan bentuk interaksi yang menyebabkan salah satu spesies diuntungkan dan spesies yang lain tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan. Banyak binatang yang hidup dengan karang tanpa membahayakan mereka pada situasi normal. Binatang ini adalah organisme komensalisme yang mencakup varietas dari cacing polychaeta, udang, kepiting, brittle-star, moluska dan ikan. Organisme komensalis mampu hidup dengan spesies karang yang berbeda atau hidup secara independen. Hubungan yang sangat spesifik yaitu organisme komensalis memiliki asosiasi yang wajib dengan spesies karang tertentu , atau kelompok spesies, dan mampu memodifikasi warna, perilaku, bahkan siklus reproduksi karang. Banyak contoh asosiasi organisme dengan terumbu karang yang bersimbiosis komensalisme , seperti udang Periclimenes yang hidup pada anemone laut, bintang laut, siput laut, ikan, bakteri dan binatang lain.

Dalam suatu ekosistem terumbu karang, ikan merupakan organisme yang berasosiasi denganterumbu karang dalam jumlah terbesar. Kondisi fisik dan fisiografi ekosistem terumbu karang yang sangat kompleks memberikan kontribusi yang besar bagi diversitas dan produktivitas biologinya. Struktur terumbu karang yang yang berlubang dan memiliki celah sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, perlindungan, dan berkembang biak bagi ikan, invertebrate serta biota lain yang hidup disekitarnya. Hubungan organisme maupun biota bawah laut itu saling ketergantungan satu sama lainya. Menurut Sari, et al. (2014), diperkirakan bahwa sekitar 30% dari sekitar 15.000 spesies dari ikan laut menghuni terumbu karang dan ratusan jenis dapat hidup berdampingan dengannya. Umumnya ikan-ikan yang hidup di daerah terumbu karang ini berukuran kecil dan menetap sepanjang hidupnya di daerah tersebut. Salah satu jenis ikan karang adalah ikan-ikan dari Familia Pomacentridae, subfamilia Amphiprioninae. Semua ikan dalam subfamilia Amphiprioninae hidup bersimbiosis dengan anemon laut dalam hubungan simbiosis. 

1. Asosiasi bintang mengular dengan gorgonia (Seafan)

Gorgonia memiliki morfologi tubuh bercabang dan cabang-cabang tersebut dapat memanjang jauh dari substrat dasar perairan. Morfologi tersebut memberikan keuntungan karena cabang-cabang gorgonia dapat menangkap makanan yang terbawa oleh arus yang lewat di atasnya. Kelompok bintang mengular yang memiliki asosiasi yang unik dengan gorgonia adalah dari genus Ophiothela. Jenis Ophiothela spp. dapat ditemukan dalam jumlah ratusan dalam satu jenis gorgonia. Beberapa ahli menyatakan bahwa asosiasi antara kedua organisme ini bersifat komensalisme, yaitu bintang mengular memperoleh dua keuntungan diantaranya selain mendapatkan makanan juga mendapat perlindungan dari predator, sedangkan gorgonia tidak dirugikan dengan adanya asosiasi ini. Umumnya bintang mengular menempel dengan melingkarkan lengannya di cabang-cabang gorgonia. Pergerakan bintang mengular di percabangan gorgonia mencegah adanya akumulasi sedimen yang terbawa oleh aliran arus, sehingga polip gorgonia bisa bertahan hidup.

2. Asosiasi spons dengan bakteri

Spons merupakan penampung mikroba laut dan mencapai 60% dari total biomassa spons. Spons dapat berasosiasi dengan sejumlah besar mikroorganisme berbeda seperti cyanobacteria, bakteri heterotrofik, dan alga uniseluler. Interaksi antara spons dan bakteri terjadi dalam bentuk simbiosis komensalisme yang menghasilkan senyawa bioaktif. Metabolit mikroba yang berasosiasi dengan invertebrata laut memiliki kemiripan struktur dengan metabolit yang dihasilkan oleh inangnya. Beberapa aktivitas yang ditunjukkan oleh mikroba berasosiasi spons antara lain Microascus strain K 14 dan Monochaetia strain 193A20 yang berasosiasi dengan spons menunjukkan aktivitas antimikroba. Penicillium brocae berasosiasi spons zyzzya sp. menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus resisten methicillin. Aktivitas sitotoksik ditunjukkan oleh fungi Gymnascela dankaliensis berasosiasi dengan spons Halichondria japonica.

  • Parasit
Menurut Supono (2012), pola interaksi antara organisme yang hidup di ekosistem terumbu karang secara ekologi dikategorikan ke dalam beberapa bentuk interaksi dasar yaitu mutuaLisme,komensalisme dan parasitisme. Selain itu masih banyak interaksi antara dua organisme yang belum diketahui sifat asosiasinya apakah banya bersifat bentbik atau parasit. Secara umum, interaksi antar organisme di ekosistem terumbu karang terjadi secara alami dirnulai dengan organisme yang memanfaatkan host (inang) hanya sementara, atau interaksi yang bersifat permanen dimana organisme tersebut mencari makan dan berkembang biak di host (inang). Menurut Supono (2012), salah satu jenis terumbu karang yaitu adalah gargonia. Gorgonia memiliki morfologi tubuh bercabang dan cabang-cabang tersebut dapat memanjang jauh dari substrat dasar perairan. Morfologi tersebut memberikan keuntungan karena cabang-cabang gorgonia dapat menangkap makanan yang terbawa oleh arus yang lewat diatasnya. Polip gorgonia memiliki orientasi tegak dengan arus air sehingga memungkinkan memperoleh akses makanan melalui arus yang mengalir melewati cabang-cabang koloni gorgonia. Jenis asosiasi antara gorgonia dan organisme lain bervariasi mulai dari jenis parasitisme, komensalisrne dan jenis asosiasi yang belum diidentifikasi. Echinodermata (teripang dan bintang mengular) ditemukan berasosiasi dengan gorgonia adalah Colochirus quadrangularis. Aktivitas makan teripang merusak polip gorgonia. Teripang tersebut memakan detritus yang terperangkap oleh cairan sekresi gorgonia, akibatnya pergerakan dari kaki tabung teripang tersebut menyebabkan kerusakao pada cabang gorgonia. Selain itu menurut Muller-Parker, et al. (2001) asosiasi parasit lainnya juga ditemukan pada Hewan pembor karang dengan karang sebagai inang dan Copepoda (krustasea) parasit pada ikan gobi (Pleurosicya boldninghi).

Interaksi Organisme dengan Terumbu Karang

Interaksi yang terjadi antara organisme dan terumbu karang terdiri atas pemakan karang (pemangsaan), kompetitor karang (kompetisi) dan terjadi pengaruh langsung dan tidak langsung di antara keduanya. Interaksinya yaitu:

a.Ā Pemakan Karang (Pemangsaan)

Menurut Bactiar (2004), dari yang sudah terdaftar, penggalian karang, pengeboman ikan dan penangkapan ikan dengan potas merupakan penyebab kerusakan karang yang paling banyak ditemukan. Sedangkan penyebab kerusakan yang lain, misalnya pembuangan jangkar, sedimentasi, siput Drupella dan bintang laut Acanthaster plancii. Banyaknya karang yang ā€œmati berdiriā€ juga bisa menjadi petunjuk yang baik terjadinya kematian karang akibat pemangsaan atau pemucatan. Pemangsaan yang intensif oleh siput Drupella pernah ditemukan di Gili Meno seluas 10 are. Pemangsaan karang oleh bintang laut mahkota berduri, seperti yang pernah terjadi di Pulau Menjangan, Bali.

Menurut Mauliza et.al (2016), terumbu karang adalah salah satu komunitas utama penyusun ekosistem laut tropis yang memiliki produktivitas tinggi. Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Habitat terumbu karang 101 spesifik dimana kondisi perairannya harus jernih. Kerusakan terumbu karang yang dapat ditimbulkan oleh Acanthaster planci sangat besar sehingga pengelolaannya membutuhkan dana yang besar pula. Keanekaragaman jenis terumbu karang di perairan sangat dipengaruhi oleh faktor biotik maupun abiotik. Dalam kesuburan terumbu karang terdapat faktor negatif yaitu predator Acanthaster planci. Kepadatan populasi Acanthaster planci di daerah terumbu karang akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan karang.

bintang-laut

b. Kompetitor Karang (kompetisi)

Menurut Luthfi dan Januarsa (2018), Kompetisi yang terjadi perairan merupakan sebuah proses penting dalam penentuan struktur dan komposisi komunitas bentik pada terumbu karang. Kompetitor merupakan suatu oganisme yang dapat mengganggu keseimbangan hidup organisme lainya. Kompetitor dapat menyebabkan adanya dominasi salah satu spesies yang dapat menganggu keseimbangan ekosistem, dimana banyak terumbu karang mengalami kompetisi ruang dengan alga. Kompetisi yang terjadi sering menimbulkan dampak yang negatif terhadap terumbu karang salah satunya berupa kontak fisik yang terjadi dapat menyebabkan kematian pada terumbu karang. Kematian ini terjadi karena dapat meningkatkan kerentanan karang terhadap penyakit melalui gangguan resistensi dan peningkatan paparan pathogenĀ (penyakit). Alga memilki potensi untuk mengambil alih ekosistem terumbu karang, dalam keadaan normal dimana terdapat banyak cahaya, kandungan nutrient rendah, dan grazer berlimpah maka pertumbuhan alga dapat terkendali. Meningkatnya pertumbuhan alga dapat memberikan suatu indikasi mengenai perubahan yang mengancam ekosistem terumbu k,rang. Pertumbuhan alga pada karang tidak hanya terjadi ketika karang sudah mati, namun alga juga dapat tumbuh pada substrat karang yang masih hidup. Pertumbuhan alga pada karang juga menyebabkan berkurangnya ekstensi skeletal karang (pertumbuhan ke atas) pada percabangan karang namun efek ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian karang. Meskipun alga dapat membunuh jaringan hidup dari karang namun karang juga dapat menghambat pertumbuhan alga walaupun pada tingkat yang lebih rendah. Tingkat penghambatan petrumbuhan alga oleh karang sebesar 25% dsendangkan tingkat penghabantan pertumbuhan karang oleh alga sebesar 100%

c. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Interaksi Organisme dan Terumbu Karang

Menurut Tinumbia, et al. (2016), tingginya produktivitas primer pada terumbu karang pada perairan mempunyai manfaat bagi organisme. Organisme akan berinteraksi dengan terumbu karang. Interaksi langsung berbagai jenis biota laut seperti avertebrata laut dengan terumbu karang yaitu dengan menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan. Terumbu karang juga digunakan sebagai tempat pengasuhan, pembesaran maupun digunakan untuk mencari makan.

Menurut Miala, et al. (2015) hewan avertebrata air yang berinteraksi dengan terumbu karang dari filum echinodermata salah satunya bulu babi contohnya Diadema antillarum. bulu babi ini mempunyai peran penting yaitu berperan sebagai penyimbang ekosistem. Kesimbangan ekosistem ini akan menjaga kesimbangan populasi alga dan karang. Bila populasinya turun (absence grazing) karang akan ditumbuhi oleh alga yang dapat berdampak untuk terumbu karang. Dampak dari pertumbuhan alga yang berlebihan ini akan menyebabkan kematian pada terumbu karang dewasa dan tidak adanya tempat bagi larva karang.

Menurut Nggajo, et al. (2009), terumbu karang merupakan habitat bagi beragam biota. Biota-biota tersebut, yaitu: (1) beraneka ragam avertebrata (hewan tak ber-tulang belakang), terutama karang batu (stony coral), juga berbagai krustasea, siput, dan kerang-kerangan, ekinodermata (bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut, dan leli la-ut); (2) beraneka ragam ikan: 50%-70% ikan karnivora oportunik, 15% ikan herbivora, dan sisanya omnivora; (3) reptil, umumnya ular laut dan penyu laut; dan (4) ganggang dan rumput laut, yaitu: algae hijau berkapur, algae karolin dan lamun. Interaksi antara ikan karang dan terumbu karang sebagai habitatnya dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) interaksi lang-sung sebagai tempat berlindung dari predator pemangsa terutama bagi ikan-ikan muda; (2) in-teraksi dalam mencari makanan yang meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hi-dup pada karang termasuk alga; dan (3) inter-aksi tidak langsung sebagai akibat struktur ka-rang dan kondisi hidrologis dan sedimen.

Menurut Tambun, et al. (2018), sumber makanan menjadi faktor utama Penyu Hijau (Chelonia mydas) untuk mendarat dan meletakkan telur pada daerah lokasi peneluran terutama di Pulau Penyu. Penyu Hijau (Chelonia mydas) sering terdapat diantara terumbu karang pada daerah laut lepas. Terumbu karang menjadi sumber makanan yang baik dan menjadi tempat hidup (habitat) Penyu Hijau (Chelonia mydas).

Mitra Hijau Indonesia siap membantu mewujudkan bisnis ramah lingkungan. Bersama kita ciptakan perubahan positif untuk bumi dan masa depan yang lebih baik. Hubungi kami sekarang!

Referensi:

  1. Bachtiar, I. 2004. Status terumbu karang di Provinsi Nusa Tenggara Barat: sebuah kajian. Jurnal Biologi Tropis. 5 (1): 1-9.
  2. Guntur, A. B. Sambah dan A. A. Jaziri. 2018. Rehabilitasi Terumbu Karang. Malang. UB Press.
  3. Kartikasari, S. N., A. J. Marshall dan B. M. Beehler. 2007. Ekologi Papua. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Conversation International.
  4. Luthfi,M.O dan Januarsa I.N. 2018. Identifikasi organisme kompetitor terumbu karang di perairan Pantai Putri Menjangan,Buleleng,Bali. Jurnal Kelautan. 11 (1) : 24 ā€“ 30.
  5. Mauliza, R., D. J. Prihadi dan M. L. Syamsuddin. 2016. Keterkaitan kepadatan predator karang bintang laut berduri (Acanthaster planci) terhadap kondisi terumbu karang di perairan pulau Batu Malang Penyu, Kepulauan Belitung. Jurnal Perikanan Kelautan. 7 (2): 58-64.
  6. Mauliza, R., D. J. Prihadi dan M. L. Syamsuddin. 2016. Keterkaitan kepadatan predator karang bintang laut berduri (Acanthaster planci) terhadap kondisi terumbu karang di perairan pulau Batu Malang Penyu, Kepulauan Belitung. Jurnal Perikanan Kelautan. 7 (2): 58-64.

  7. Muller-Parker, G. dan C.F. Dā€™Elia. 2001. Interaction Between Corals and Their Symbiotic Algae. Dalam: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York: 96-113.

  8. Nggajo, R., Y. Wardiatno dan N. P. Zamani. 2009. Keterkaitan sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) dengan karakteristik habitat pada ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 16 (2): 97-109.

  9. Palupi, R. D., Ira dan Rahmadani. 2016. Kesehatan karang di perairan Kessilampe Kota Kendari berdasarkan skor kesehatan karang dan densitas zooxanthellae. Omni Akuatika. 12Ā (3): 131-137.

  10. Rauf, K. P., Supriharyono dan P. W. Purnomo. 2015. Kelimpahan zooxanthellae pada Acropora sp. berdasarkan kedalaman perairan dan naungan yang berbeda di Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Diponegoro Journal Of Maquares. 4Ā (1): 46-54.

  11. Reha, W., A. Noor., A. Ahmad., N. L. Nafie Ā and D. Salama. 2013. Karakterisasi protein aktif dari spons dan mikroba simbionnya sebagai usaha awal menuju agen imunostimulan. Jurnal Marina Chimica Acta. 14Ā (1) : 39-49

  12. Salim, Dafiuddin. 2012. Pengelolaan ekosistem terumbu karang akibat pemutihan (bleaching) dan rusak. Jurnal Kelautan.5Ā (2): 142-155.

  13. Sari, O. V., B. Hendrarto dan P. Soedarsono. 2014. Pengaruh variasi jenis makanan terhadap ikan karang nemo (Amphiprion ocellarisĀ Cuvier, 1830) ditinjau dari perubahan warna, pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan. Diponegoro Journal Of Maquares. 3Ā (3) : 134-143.

  14. Supono. 2012. Bintang mengular (Ophiuroidea) di ekosistem terumbu karang. Jurnal oseana. 37Ā (1) : 1-6.

  15. Tama, N. B., R. M. Probosari., S. Widoretno dan Indriyati. 2016. Project based learning untuk meningkatkan kemampuan argumentasi tertulis siswa kelas X. Jurnal Bioedukasi. 9Ā (2) : 67-75.

  16. Tambun, P. J., H. Wahyuningsih dan Y. Soemaryono. 2018. Karakteristik Bio-fisik habitat pantai peneluran terhadap tingkat keberhasilan penetasan telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pulau Penyu Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Aquacoastmarine. 6Ā (1): 1-11.

  17. Tinumbia, R. P., A. M. Nugroho dan S. Ramdlani . 2016. Penerapan prinsip ekowisata pada perancangan fasilitas pengelolaan ekosistem terumbu karang di Gili Trawangan. Jurnal Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. 4Ā (1) : 1-8.

  18. Zamani, N. P. 2015. Kondisi terumbu karang dan asosiasinya dengan bintang laut (inckia laevigata ) di perairan Pulau Tunda, Kabupaten Seram, Provinsi Banten. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 6Ā (1): 1-10.

vector

PT MITRA HIJAU INDONESIA

CONNECT

+62ā€‹81359795565
szutestmarkalar lekesiz 26
szutestbrands darkbg iso14001
szutestbrands darkbg iso9001

Ā© all rights reserved ā€“ simetrie

Kirim Pesan
Kirim pesan pada kami
Terima Kasih telah menghubungi kami.