Banyak yang mengatakan bahwa tugas wanita lebih fokus pada rumah tangga. Mereka harus memiliki banyak skill seperti memasak, mengurus anak, mencuci, dan lain-lain. Kini zaman sudah berubah. Akses informasi mudah didapatkan. Kesempatan untuk sekolah dan berpendidikan juga terbuka lebar, terlebih setalah Ibu Kartini memperjuangkan hak wanita dibidang pendidikan. Alhasil kehidupan menjadi lebih dinamis dalam menyoali peranan dalam gender. Di dalam kehidupan, khususnya yang sudah mengalami pernikahan, seringkali kita temui budaya patriarki yang sudah mengakar sehingga wanita memiliki posisi nomor 2 setelah laki-laki. Padahal, menurut Undang-Undang Hak Asasi Manusia nomor 39 pasal 15 menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”. Sudah terdapat hukum di negara Indonesia yang mengatur bahwa ketidaksetaraan posisi dalam gender perlu dihilangkan.
Hari ini tanggal 23 Juni 2020 bertepatan dengan ‘International Women in Engineering Day’, hari yang terbentuk untuk mengkampanyekan sosok perempuan di dunia keinsinyuran dan membuka gambaran tentang peluang karir di dunia industri. Jika di dalam profesi keinsinyuran tersebut didominansi oleh pria, maka hari tersebut menampakkan pandangan yang berbeda. Wanita atau perempuan bisa menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan. Peringatan ini bermula di Inggris pada tanggal 23 Juni 2014 oleh Women Engineering Society (WES) bersamaan dengan hari jadinya yang ke-95.
Momen tahunan ini berkembang dengan baik hingga mendapat perlindungan dari UNESCO pada tahun 2016. Pada tahun selanjutnya, women in engineering day diperingati secara internasional karena banyak digandrungi oleh society. Sebagai perusahaan konsultasi teknis dibidang lingkungan hidup, tenaga kerja kami tentunya terdiri dari formasi jurusan teknik yang berbeda-beda. Begitu juga dengan komposisi laki-laki dan perempuan di dalamnya karena kami membuka kesempatan yang sama untuk kedua gender.
“Saya ini kan ibu dari 3 orang anak, tapi kerja kantoran juga. Kalau kata orang istilahnya ‘ibu bekerja’. Saya harap peran saya keduanya tetap berjalan beriringan sehingga apa yang menjadi kewajiban saya sebagai istri, ibu dan karyawan tetap terlaksana”. Kata Eka, supervisor teknik kami. Ketertarikannya dengan limbah dan sanitasi lingkungan sudah dirasakan Eka sejak kuliah hingga tema tugas akhir yang dikerjakaan berkaitan tentang perancangan untuk pengolahan limbah. Hal tersebut juga membawanya ke pekerjaan pertama dengan lingkup yang serupa. Setelah bergabung dengan PT Mitra Hijau Indonesia, bidangnya pekerjaannya masih sama, tapi beralih ke sudut pandang yang lain. Kata beliau selain ilmunya yang berkembang, pribadinya juga ikut berkembang. Beliau juga merasa terfasilitasi untuk menyalurkan apa yang ingin dikembangkannya. Kini telah banyak kesempatan yang terbuka untuk wanita dalam menekuni dunia keinsinyuran. Tak hanya bidang konsultan seperti kami, wanita juga dapat mengambil peran di lapangan entah sebagai surveyor, quality control, HSE (Health Safety and Environment), dan sebagainya. Kesempatan membuat mereka turut bertumbuh di dalamnya. Dengan demikian, makin banyak sesuatu yang dapat mereka bagikan kepada sesama.
Mitra Hijau Indonesia - Konsultan Lingkunga Hidup Surabaya